Twitter Facebook MySpace YouTube RSS Feed

LEGENDA JAKA TARUB vs TANABATA

KEMIRIPIN ANTARA LEGENDA JAKA TARUB DAN TANABATA

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci dan oleh yang empu- nya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi dan juga telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib. Peristiwanya bersifat sekuler (keduniawian), dan sering dipandang sebagai sejarah kolektif. Oleh karena itu,  legenda seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif (folkstory).  Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut  telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan  kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan  sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah maka legenda harus  bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.
Adapun  ciri-ciri legenda sebagai berikut.
1.            Oleh yang empunya cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh- sungguh pernah terjadi.
2.            Bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam legenda adalah manusia.
3.            “Sejarah” kolektif, maksudnya sejarah yang banyak mengalami distorsi karena seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
4.               Bersifat migration yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda.
5.               Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu, misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Panji.



Legenda dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan, dan legenda setempat.
a. Legenda Keagamaan
Legenda keagamaan adalah legenda orang-orang yang dianggap suci atau saleh. Karya semacam itu termasuk folklor karena versi asalnya masih tetap hidup di kalangan masyarakat sebagai tradisi lisan. Di Jawa hagiografi menceritakan riwayat hidup para wali penyebar Islam pada masa yang paling awal. Salah satu contohnya adalah legenda Wali Sembilan (Wali Songo) mereka adalah Mau- lana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.
Selain sembilan wali tersebut, di Jawa masih banyak wali-wali lain. Legenda tentang mereka mudah dikenali sebab makam- makamnya diziarahi pada peringatan kematiannya (haul) yang disebut keramat atau punden. Para juru kunci itu pada umumnya, dapat menceritakan legenda orang sucinya. D.A. Rinkes dalam bukunya berjudul De Heiligen van Java (Orang-orang Saleh dari Jawa) menyebutkan beberapa wali lain di antaranya: Syeh Abdul Muhyi, Syeh Siti Jenar, Sunan Geseng, Ki Pandan Arang, dan Pangeran Panggung, Syekh Abdul Qodir Jaelani, dan lain- lain.
 b. Legenda Alam Gaib
Legenda semacam ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran ”takhayul” atau kepercayaan rakyat. Contoh legenda ini yaitu kepercayan terhadap adanya hantu, gendruwo, sundel bolong serta nyi blorong.
 c. Legenda Perseorangan
Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap benar-benar terjadi. Di Indonesia legenda semacam ini banyak sekali. Di Jawa Timur yang paling terkenal prosa rakyat itu sudah diubah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan rumus cerita tokoh-tokoh rakyat tradisional adalah legenda tokoh Panji. Panji adalah seorang putra raja Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur yang senantiasa kehilangan istrinya. Akibatnya, banyak muncul cerita Panji yang temanya selalu perihal istrinya yang menjelma menjadi wanita lain. Cerita Panji yang semula merupakan kesusasteraan lisan (legenda), namun telah banyak dicatat orang sehingga mempunyai beberapa versi dalam bentuk tulisan. Beberapa cerita yang tergolong ke dalam cerita panji misalnya “Ande-Ande Lumut” (dongeng Cinderella ala Jawa), Kethek Ogleng (seorang pangeran disihir menjadi seekor kera), ”Cerita Sri Tanjung”, ”Jayaprana dan Layongsari”. Suatu jenis legenda perseorangan mengenai perampok seperti
Robin Hood, yang merampok penguasa korup atau orang kaya untuk didermakan kepada rakyat miskin. Legenda semacam ini di Jakarta pada ”tempo doeloe” adalah kisah petualangan ”Si Pitung”.
 d. Legenda Setempat
Legenda setempat adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi, yaitu bentuk permukaan suatu tempat, berbukit-bukit, berjurang dan sebagainya. Legenda setempat yang berhubungan dengan nama suatu tempat misalnya, legenda Kuningan. Kuningan adalah nama suatu kota kecil yang terletak di lereng Gunung Ceremai, di sebelah selatan kota Cirebon, Jawa Barat. Contoh lain mengenai legenda setempat yang berhubungan erat dengan nama tempat adalah legenda “Anak-anak Dalem Solo yang Mengembara Mencari Sumber Bau Harum”. Legenda ini berasal dari Trunyan, Bali. Legenda ini dapat dimasukkan ke dalam golongan legenda setempat karena menceritakan asal mula nama beberapa desa di sekitar Danau Batur, seperti Kedisan, Abang Dukuh, dan Trunyan. Selain itu contoh-contoh lain legenda setempat ini misalnya ”Asal Mula Nama Banyuwangi”, serta legenda ”Roro Jongrang”, ”Tangkuban Perahu”, ”Asal Mula nama Tengger dan Terjadinya Gunung Batok” serta “asal mula nama kota Bogor”.
Dalam beberapa daerah yang beberapa, legenda dapat menunjukkan kesamaan. Namun tentu dengan tokoh dan latar yang berbeda. Salah satu legenda semacam itu adalah legenda Jaka Tarub dari Jawa Tengah dan Tanabata dari Prefectur Kagawa (Jepang). Dua legenda ini sama-sama menceritakan tentang seorang tokoh laki-laki yang bertemu beberapa bidadari yang sedang mandi di sebuah danau. Berikut adalah cerita lengkapnya
JAKA TARUB
Jaka Tarub adalah seorang pemuda gagah yang memiliki kesaktian. Ia sering keluar masuk hutan untuk berburu maupun menimba ilmu. Ketika suatu hari di malam bulan purnama ia memasuki hutan, dari kejauhan ia mendengar sayup-sayup suara wanita yang sedang bercanda. Terdorong oleh rasa penasaran, Jaka Tarub berjalan mencari arah menuju suara-suara itu. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah danau yang sangat indah di tengah hutan, beserta 7 orang wanita yang sangat cantik sedang mandi dan bercanda ria.
Dengan mengendap-ngendap, Jaka Tarub berjalan mendekat. Kemudian ia menemukan pakaian wanita-wanita tersebut yang tergeletak berserakan. Setelah memilih, ia mencuri salah satunya dan menyembunyikannya.
Beberapa saat pun berlalu dan para bidadari sudah hendak kembali ke khayangan. 6 dari mereka memakai pakaian dan kain mereka, lalu terbang ke langit malam. Barulah Jaka Tarub mengerti kalau wanita-wanita itu adalah para bidadari khayangan. Namun seorang bidadari tertinggal di danau. Karena kehilangan pakaiannya ia tidak bisa kembali ke langit dan kemudian menangis tersedu-sedu.
“Bila ada yang menemukan pakaian dan kainku, bila laki-laki akan kujadikan suami dan bila perempuan akan kujadikan saudara,” sumpah sang bidadari. Jaka Tarub kemudian menampakkan dirinya dan menghibur sang bidadari. Ia memberikan selembar kain untuk dipakai bidadari itu, namun tetap menyembunyikan pakaiannya supaya ia tak bisa terbang ke khayangan meninggalkannya. Sang bidadari kemudian memenuhi sumpahnya dan menikah dengan Jaka Tarub.
(Ada versi lain dimana Nawang Wulan tidak perlu bersumpah seperti itu. Ketika Nawang Wulan menangis di danau, Jaka Tarub langsung muncul dan menghiburnya, lalu ia menawarkan tempat tinggal untuk Nawang Wulan sampai kemudian akhirnya mereka menikah)
Nawang Wulan nama bidadari itu, sejak menikah dengannya Jaka Tarub hidup berkecukupan. Panennya melimpah dan lumbung selalu dipenuhi oleh padi tanpa pernah berkekurangan. Pakaian Nawang Wulan disembunyikan Jaka Tarub di dalam lumbung yang selalu penuh. Mereka pun dikaruniai seorang anak (bisa anak laki-laki atau anak perempuan, tergantung versi ceritanya) dan hidup berbahagia.
Namun setelah beberapa lama hidup berumah tangga, terusiklah rasa ingin tahu Jaka Tarub. Setiap hari ia dan keluarganya selalu makan nasi, namun lumbung selalu tidak pernah berkurang seolah tak ada padi yang dipakai untuk mereka makan.
Suatu hari Nawang Wulan hendak pergi ke sungai. Ia berpesan pada suaminya supaya menjaga api tungku di dapur, namun melarangnya untuk membuka tutup periuk (pada versi lain, Nawang Wulan bahkan melarang Jaka Tarub untuk masuk ke dapur). Jaka Tarub melakukan pesan istrinya, namun rasa penasaran yang sudah dipendamnya sejak lama akhirnya membuatnya melanggar larangan yang sudah dipesankan. Dibukanya tutup periuk dan di dalamnya ternyata hanya ada satu butir beras. Rupanya selama ini Nawang Wulan hanya membutuhkan sebutir beras untuk memenuhi kebutuhan nasi mereka sekeluarga dalam sehari.
Ketika Nawang Wulan pulang dan membuka tutup periuk, hanya ada sebutir beras di dalamnya. Marahlah Nawang Wulan karena suaminya telah melanggar larangannya, dan ia pun menjadi sedih karena sejak saat itu ia harus memasak nasi seperti manusia biasa. Ia harus bersusah payah menumbuk padi banyak-banyak menjadi beras sebelum kemudian menanaknya menjadi nasi.
Akibatnya karena dipakai terus menerus, lama kelamaan persediaan padi di lumbung Jaka Tarub semakin menyusut. Pelan tapi pasti, padi mereka semakin habis, sementara musim panen masih belum tiba.
Ketika suatu hari Nawang Wulan kembali mengambil padi untuk ditumbuk, dilihatnya seonggok kain yang tersembul di balik tumpukan padi. Ketika ditarik dan diperhatikan, teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah pakaian bidadarinya. “Rupanya selama ini Jaka Tarub yang menyembunyikan pakaianku. Dan karena isi lumbung terus berkurang pada akhirnya aku bisa menemukannya kembali. Ini pasti sudah menjadi kehendak Yang Di Atas,” pikirnya.
Nawang Wulan kemudian mengenakan pakaian bidadarinya dan mengambil kainnya. Ia lalu menemui Jaka Tarub untuk berpamitan dan memintanya merawat anak mereka baik-baik. Jaka Tarub memohon dengan sangat agar istrinya tidak meninggalkannya, namun sudah takdir Nawang Wulan untuk kembali ke khayangan dan berpisah dengannya. “Kenanglah aku ketika melihat bulan. Aku akan menghiburmu dari atas sana,” kata Nawang Wulan. Ia pun kemudian terbang ke langit menuju khayangan, meninggalkan Jaka Tarub yang menangis dalam penyesalan.
TANABATA
Berabad – abad yang lalu, hiduplah seorang pemuda di sebuah desa kecil, Kengyu namanya. Kengyu hanya seorang petani biasa, tapi dia adalah seorang pemuda jujur dan pekerja keras. Pada suatu hari dalam perjalanan pulang dari ladang, ia melihat sehelai jubah yang indah sekali. Belum pernah ia melihat kain yang seindah itu. Ia kemudian memasukkan jubah itu ke dalam tas yang dibawanya dan iapun berbalik hendak berjalan menjauhi tempat itu.
Tiba – tiba terdengarlah sebuah suara merdu yang menegurnya, memintanya mengembalikan jubah yang tadi dipungutnya. Kengyu menoleh dan terkesima karena tepat di depannya berdirilah seorang gadis yang paling cantik yang pernah dilihatnya. Gadis itu bernama Orihime. Orihime berkata bahwa ia adalah seorang putri dari kahyangan. Ia turun ke bumi untuk mandi di telaga dan tanpa jubah itu Orihime tak bisa kembali ke kahyangan.
Kengyu yang telah jatuh hati pada Orihime menolak mengembalikan jubah itu. Akhirnya ia mengajak Orihime yang sedang menangis itu untuk tinggal bersamanya karena Orihime tak bisa kembali ke kahyangan. Orihime setuju. Tak lama kemudian merekapun menikah dan hidup berbahagia.
Tahun demi tahun berlalu, suatu hari Orihime sedang membersihkan rumah dan tiba – tiba ia menemukan jubahnya terjepit di kayu penahan atap rumah mereka. Orihime merasa marah dan mengambil jubah itu.
Sore hari saat Kengyu kembali dari ladang, Orihime sudah mengenakan jubah itu dan menunggunya. Orihime perlahan – lahan mulai melayang meninggalkan bumi. Kengyu menangis dan memohon supaya Orihime memaafkan dirinya dan tetap tinggal bersamanya. Orihime memandang suaminya dan berkata, “ Jika kau mencintaiku, anyamlah seribu pasang sandal yang terbuat dari jerami dan kuburkanlah sandal – sandal itu di sekitar pohon bambu yang tumbuh di kebun kita. Jika kau melakukan hal yang kukatakan tadi, maka kita pasti akan bisa bertemu kembali“. Setelah itu Orihimepun lenyap dari pandangan dan kembali ke kahyangan.
Kengyu sangat sedih, tapi ia tahu apa yang harus ia lakukan. Mulai hari itu ia mulai membuat sandal jerami. Ia menganyam siang dan malam tanpa henti. Akhirnya ia berhasil menyelesaikan sandal jerami terakhir dan mengubur semuanya di sekitar pohon bambu.
Tiba – tiba pohon bambu itu bertambah besar dan tinggi dalam seketika. Pohon itu terus tumbuh tinggi hingga hampir menyentuh langit. Kengyu tidak menyadari karena ia begitu ingin bertemu dengan Orihime, ia hanya membuat 999 sandal jerami. Kurang sedikit lagi saja, maka pohon itu bisa mencapai pintu gerbang kahyangan. Kengyu tidak bisa masuk, ia hanya bisa berteriak – teriak memanggil nama istrinya, “ Orihime…Orihimeee “.
Orihime akhirnya mendengar teriakan suaminya dan menarik suaminya naik ke kahyangan. Kengyu sangat bahagia bisa berjumpa dengan istrinya lagi, begitu juga dengan Orihime.
Sayangnya ayah Orihime tidak menyukai menantunya. Beliau tidak suka anaknya menikahi manusia biasa. Dengan harapan untuk dapat memisahkan anaknya dan Kengyu, ayah Orihime memberi Kengyu tugas yang berat. ” Jagalah ladang melon milik para dewa selama tiga hari dan tiga malam ” sabda ayah Orihime.  Orihime yang turut mendengar perintah ayahnya, diam – diam menemui Kengyu untuk memberi petunjuk. ” Ladang melon para dewa sangat luas dan matahari akan bersinar sangat terik. Kau akan menjadi sangat haus, meskipun begitu, jangan sekali – kali kau memakan buah melon para dewa tersebut. Sesuatu yang buruk akan terjadi pada kita jika kau memakan buah itu.” kata Orihime. Kengyu berjanji untuk mematuhi nasehat istrinya.
Pada hari ketiga, Kengyu tak kuasa menahan rasa lelah dan haus akibat panas matahari yang terus menerus bersinar. Ia mengambil sebuah melon dan membelahnya. Begitu melon itu terbelah, air mengucur deras dari dalam melon itu dan membentuk sebuah sungai yang mengalir deras. Lalu muncul sebuah kekuatan tak terlihat yang menarik Kengyu dan mengembalikannya lagi ke bumi. Ia tidak bisa kembali ke kahyangan lagi karena aliran sungai deras tadi.
Orihime menangis sedih karena kehilangan suaminya, dia meratap dan memohon pada ayahandanya untuk dapat dipersatukan lagi dengan suaminya. Akhirnya ayah Orihime jatuh kasian dan mengizinkan Orihime bertemu Kengyu satu kali dalam setahun, yaitu pada malam tanggal 7 Juli. Orihime dan Kengyu kemudian menjelma menjadi bintang di langit, bintang Vega dan Altair. Setiap tanggal 7 Juli malam, kedua bintang ini akan bersinar dengan terang dan indahnya dan saling bertemu di gugusan bima sakti. Gugusan bima sakti ini adalah sungai yang diciptakan oleh ayah Orihime.
Dari dua legenda tersebut, dapat ditarik beberapa karekter yang sama. Berikut adalah ulasannya.
1.      Kesamaan latar, keduanya berkisah dengan latar dunia/ bumi. Tetapi karena berasal dari daerah yang berbeda, keduanya pun memiliki latar sosial budaya yang berbeda. Jaka Tarub berlatarkan kehidupan sosial budaya Jawa, sedang Tanabata berlatarkan sosial budaya Jepang.
2.      Tokoh utama kedua legenda ini memiliki kesamaan watak. Sang istri digambarkan sebagai seorang wanita yang cantik jelita dan sang suami digambarkan sebagai seorang lelaki yang tampan dan berbudi.
3.      Keduanya juga memiliki kesamaan sudut pandang. Keduanya berkisah dengan menggunakan sudutpandang orang ketiga.
4.      Sedangkan pesan moral yang tersirat dalam legenda ini pun tidak jauh berbeda, antara lain ketika 1) kita akan memuali sesuatu, mulailah dengan sesuatu yang baik; 2) jangan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan; 3) kejahatan yang disimpan rapat, suatu saat pasti akan terbongkar; 4) hendaknya kita mampu menjaga kepercayaan yang diamanatkan orang terhadap kita.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright: Blog Trik dan Tips - http://blogtrikdantips.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-burung-terbang-twitter.html#ixzz1wvdLqFy3 Tolong sertakan link ini jika mengkopi artikel diatas. Terima kasih