Twitter Facebook MySpace YouTube RSS Feed

ANALSIS DIKOTOMO PUISI “SATU KEKASIHKU” KARYA EMHA AINUN NADJIB


Oleh: Ramadhan

1. Pengantar
Budayawan Emha Ainun Nadjib, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, ini seorang pelayan. Suami Novia Kolopaking dan pimpinan Grup Musik Kyai Kanjeng, yang dipanggil akrab Cak Nun, itu memang dalam berbagai kegiatannya, lebih bersifat melayani yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayannya ingin menumbuhkan potensialitas rakyat.
Bersama Grup Musik Kiai Kanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Di samping itu, secara rutin (bulanan) bersama komunitas Masyarakat Padang Bulan, aktif mengadakan pertemuan sosial melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.
Dalam berbagai forum komunitas Masyarakat Padang Bulan, itu pembicaraan mengenai pluralisme sering muncul. Berkali-kali Cak Nun yang menolak dipanggil kiai itu meluruskan pemahaman mengenai konsep yang ia sebut sebagai manajemen keberagaman itu.
Dia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual. Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah. “Dakwah yang utama bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah," katanya.
Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan kelompok musik Kiai Kanjeng di taman budaya, masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah. "Itu hanya bentuk pelayanan. Pelayanan adalah ibadah dan harus dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal," ujarnya.
Emha merintis bentuk keseniannya itu sejak akhir 1970-an, bekerja sama dengan Teater Dinasti – yang berpangkalan di rumah kontrakannya, di Bugisan, Yogyakarta. Beberapa kota di Jawa pernah mereka datangi, untuk satu dua kali pertunjukan. Selain manggung, ia juga menjadi kolumnis.
Lima tahun (1970-1975) hidup menggelandang di Malioboro, Yogya, ketika belajar sastra dari guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha berikutnya.
Karirnya diawali sebagai Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970). Kemudian menjadi Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976), sebelum menjadi pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta), dan grup musik Kyai Kanjeng hingga kini. Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media.
Ia juga mengikuti berbagai festival dan lokakarya puisi dan teater. Di antaranya mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, AS (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).

2. Parafrasa Puisi
Satu Kekasihku
Dalam mati dan hidupku hanya ada satu yang menjadi kekasihku, Takkan ku kan kubuat ia jadi cemburu, akan Kurahasiakan dia dari anak dan isteriku, akan kulindungi dia dari politik dan kiai.

3. Analisis Puisi
     3.1  Bentuk
            Puisi Satu Kekasihku karya Emha Ainun Nadjib ini cukup singkat namun mengandung makna yang cukup luas, dibangun dengan empat baris saja yang mempertahankan rima bersajak aa bb.
            Komposisi bunyi /u/ dan /i/ pada setiap barisnya menimbulkan kesan estetetis bagi pembaca, juga ada yang lebih menarik dari itu yaitu pada tataran kata dan kalimatnya.
            Pada baris pertama ada kombinasi mati dan hidup yang sangat menarik, yaitu mendahulukan kata mati dari pada hidup. Ini merupakan suatu kesengajaan dari pengrang untuk memberikan kesan emosi tertentu.
            Di baris kedua kita temukan citraan yaitu citra perasa “Takkan kubikin ia cemburu”. Si Aku tidak ingin melihat kekasihnya cemburu. Cemburu merupakan keadaan batin yang menimbulkan kebencian kepada orang yang dicemburui, ini menandakan ada kesan negatif  pada yang disampaikan dalam puisi ini.
            Baris ketiga dengan baris ke empat terdapat paralelisme yang menimbulkan kesan estetis. Pada baris ketiga “Kurahasiakan dari anak isteri” kita tidak temukan konjungsi atau kata penghubung antara kata Anak dan kata Istri. Berbeda dengan baris ke empat “kulindungi dari politik dan kiai”. Antara kata Politik dan kata Kiai terdapat konjungsi dan yang memisahkan dua kata itu, ini jelas merupakan suatu upaya untuk menyatakan kesan tertentu.

     3.2  Isi
            Sesuai dengan teori tentang bentuk dan isi, bentuk dan isi tidak bisa dipisahkan sebab dalam bentuk terdapat isi dan isi mewujudkan bentuk. Maka dengan demikian menurut paparan di atas saya akan mengulas bentuk untuk mendapatkan isi.
            Baris pertama “Mati hidup satu kekasihku”. Kata mati didahulukan penyebutannya dari pada hidup, memaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa pada dasarnya kita hidup di dunia ini adalah bukan kehidupan yang sejatinya, namun  kehidupan yang sejatinya adalah hidup setelah mati yaitu di akhirat. satu kekasihku; dalam hidupnya si Aku hanya merasa mempunyai satu kekasih. Satu kekasih mengisyaratkan bahwa cinta yang sejati, yang hakiki, yang sebenar-benarnya, dan dengan sepenuh jiwa dan raga yaitu hanya patut kita curahkan pada satu saja yaitu Tuhan yang maha Esa. Saya bisa mengatakan bahwa yang dimaksudkan kekasih di sini adalah Tuhan sebab cinta yang terdalam bagi manusia pada umunya adalah cinta pada istri dan anak (kaitkan dengan baris ke-3) maka di atas itu baru kecintaan pada Tuhan.
            Baris kedua “Takkan kubikin ia cemburu”. Tuhan bisa cemburu maka bentuk kecemburuan Tuhan adalah kemurkaan. Si Aku tidak ingin kekasihnya murka atas dirinya, sebab jika Tuhan murka maka kecelakaanlah yang akan didapatkan bagi orang yang membuat Tuhan murka. Jika dihubungkan dengan sejarah, dulu ketika Nabi Muhammad pernah mencium cucu-cucunya, Hasan dan Husain dengan penuh kasih. Lalu beliau menyadari bahwa ketika itu perasaan cinta kepada cucu-cucu itu menyamai cintanya kepada Allah. Lalu beliau merasa bersalah karena telah membuat Allah Cemburu. Lalu Jibril a.s. turun ke bumi dan menyampaikan pesan dari Allah: “Bagaimana mungkin dia yang mencintai-Ku dan Kucintai , karib-Ku terkasih, kekasih-Ku, mencium cucu-cucunya, keturunannya, dengan cinta dan kasih sayang sebesar cintanya kepada-Ku?”.

            Baris ketiga “Kurahasiakan dari anak isteri”. Merahasiakan kekasih si Aku bukan berarti si Aku memilki kekasih gelap, namun kalau kita akan merujuk letak atau posisi rahasia itu yaitu berada dalam hati, dari sini kita bisa mengambil inferensi bahwa maksud ungkapan ini adalah sesuatu yang harus ada dihati, sesuatu yang berada direlung hati haruslah cinta pada kekasih, kekasih yang satu yaitu Tuhan yang Maha Esa bukan pada kecintaan terhadap istri dan anak.
            Kata istri dan anak tidak diselangi dengan kata penghubung, mengandung maksud bahwa istri dan anak adalah satu guyup yaitu guyup keluarga, sedangkan politik dan kiai diselangi dengan kata penghubung menyatakan dua guyup yang berbeda.
Baris ke empat “kulindungi dari politik dan kiai”, si Aku melindungi kekasihnya yang Esa dari politik dan kiai. Kelicikan politik bisa menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginan, si Aku tidak ingin menjadi kelompok orang yang demikian itu sehingga si Aku melindungi Tuhannya dari politik agar tidak sampai mengorbankan Tuhan untuk kepentingan politik dan hawa nafsu. Kenyataan sekarang bahwa banyak politikus yang mengejar uang dan kedudukan saja, mereka lupa akan kewajibannya sebagai orang yang dipercaya, sehingga banyak diantara mereka yang mempertuhankan uang dan kedudukan.
Kata kiai muncul dalam akhir puisi ini tampaknya cukup membingungkan kita, kenapa mesti si Aku akan melindungi Tuhannya dari kiai. Untuk menjelaskan persoalan ini saya terlebih dahulu akan meyinggung pendekataa sastra dengan model formalisme Rusia. Pada model ini, salah satunya menyatakan sastra itu bersifat self focused (fokus pada dirisendiri), artinya kata-kata atau kalimat dalam karya sastra dimaknai menurut konteksnya dalam karya sastra itu. Kiai pada dasarnya adalah orang yang diagungkan karna Ilmu dan pengamalan ilmunya, namun menurut konteks ini bukan kiai semacam itu yang dimaksud. Kalau kita kaikan dengan kata yang terhubung dengannya yaitu kat politik maka kiai di sini adalah yang serupa dengan politik yaitu yang memanfaatkan jabatannya untuk mendapatkan kedudukan mulia di masyarakat dan mendapatkan keuntungan materi ketika berpidato, mereka ini tidak ikhlas karena Allah. Pada kiai semacam inilah si Aku melindungi Tuhannya yaitu pada orang yang melenceng dari tugasnya.
Dari paparan di atas kita bisa mengambil suatu kesimpulan berdasarkan beberapa pokok diantaranya:
3.2.1    Tema
Puisi ini bertemakan kecintaan pada Tuhan
3.2.2       Amanat
Amanat yang bisa dipetik dari puisi adalah kecintaan sejati, kecintaan hakiki, dan kecintaan dengan sepenuh hati, jiwa dan raga hanya ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Jangan membuat Dia murka.
3.2.3       Nada
Dari penyampaian bentuk dan isi puisi ini, saya bisa mendeskripsikan keadaan batin pengarang, yaitu pengarang merasakan kesejukan hati karena cintanya yang ditujukan kepada Tuhan. 

4.          Kesimpulan
Puisi Satu Kekasihku karya Emha Ainun Nadjib ini dibangun dengan konstruks Bunyi vocal /u/ dan /i/, penempatan kata yang khas, bentuk paralelisme dan baris yang berima keseluruhanya membangun bentuk. Dari bentuk itu akan menimbulkan pemaknaan-pemaknaan sebagai wujud dari isi yang termuat dalam puisi itu.
   
5.          Lampiran Puisi  

Satu Kekasihku

Mati hidup satu kekasihku
Takkan kubikin ia cemburu
Kurahasiakan dari anak isteri
Kulindungi dari politik dan kiai

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright: Blog Trik dan Tips - http://blogtrikdantips.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-burung-terbang-twitter.html#ixzz1wvdLqFy3 Tolong sertakan link ini jika mengkopi artikel diatas. Terima kasih