Twitter Facebook MySpace YouTube RSS Feed

ANALISIS STRATA PUISI PENGEMIS KARYA M. ALI HASJMY


Oleh: Ramadhan

1. Kata Pengantar

M. Ali Hasjmy lahir di Mukim Montaise, Seulimeum, Aceh, 27 januari 1914. sejak kecil sekolah agama, tahun 1935 menamatkan sekolah Thawalib di Padang. Kemudian mengajar di Perguruan Islam Seulimeum.
M. Ali Hasjmy mempunyai kegemaran membaca buku – buku syair dan pantun, hikayat dan buku roman. Di jaman Jepang menjadi pemimpin umum Aceh Shinbun, kemudian Semangat Merdeka. Di masa revolusi ikut menggerakkan pemuda dan memimpin perjuangan di Aceh. Karena jasa – jasanya tahun 1957 diangkat menjadi Gubernur Aceh oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Selain bercorak islam sajak – sajaknya juga menampakkan perasaan kebangsaan seperti hampir semua pujangga Indonesia.
Hasil karyanya antara lain: Kissah Seorang Pengembara, Pustaka Islam, Medan 1936, Dewan Sajak, Centrale Courant, Medan 1940. Bermandi Cahaya bulan, Suara Adzan dan Lonceng Gereja, dan Sepanjang Jalan Raya Dunia. Selanjutnya sajak – sajaknya yang dimuat tersebar dalam majalah – majalah Islam antara lain: Raya, Pahlawan Muda, Suluk Islam, Panji Islam, Pedoman Masyarakat, Penyiaran dan dalam pujangga baru.

2. Parafrase Puisi

Beri hamba sedekah, o Tuan, karena hamba belum makan dari pagi. Tolonglah patik, wahai Tuan walau hanya seteguk air dan sesuap nasi. Lihatlah Tuan bagaimana nasib kami. Tiada sanak dan juga tiada saudara, pakaian di badan tidak bisa terbeli dan sepanjang jalan kami selalu meminta – minta. Lihatlah Tuan bagaimana untung kami, pondok serta huma tiada kami punyai. Kami selalu bermandi hujan dan berpanas hari, bahkan di tengah jalan kami terlunta – lunta. Semua ini bukan salah Bunda mengandung, karena memang buruk suratan tangan sendiri. Sudah menjadi nasib dan untung kami selalu hidup malang dari hari ke hari. O, Tuan janganlah kami ini dicibirkan, jika sedekah tidak Tuan beri. Cukup sudah sengsara badan kami, jangan lagi ditusuk hati hamba.

3. Analisis
3.1 Lapis Bunyi
Vokal : a, i
Konsonan : s, t, bilabial
Sajak :

- Penekanan suku kata se_, pada bait ke 1 baris ke 4
Seteguk air, sesuap nasi
- Paralelisme, pada bait ke 2 baris ke 2
      Tiada sanak, tiada saudara
- Penekanan suku kata ber_, pada bait ke 3 baris ke 3
Bermandi hujan, berpanas hari
- Paralelisme, pada bait ke 4 baris ke 3
Sudah nasib, sudah untung
- Repetisi, pada bait ke 2 ke bait ke 3       
Lihatlah, Tuan, nasib kami
Lihatlah, Tuan, untung kami
- Metatesis, pada bait ke 5 baris ke 4
      jangan lagi ditusuk hati
- Setiap bait dibentuk dengan model pantun bersajak AB AB

3.2 Lapis Arti
  1. Kata
-          Hamba : bawahan, rakyat kecil, kata ganti orang pertama tunggal
-          Tuan : panggilan untuk orang – orang golongan atas
-          Nasib : takdir yang sudah ditentukan
-          Malang : sengsara, tidak beruntung
  1. Kalimat
-          bait pertama :
    1. pengemis meminta sedekah kepada Tuan
    2. pengemis belum makan
    3. pengemis minta tolong kepada Tuan
    4. meskipun cuma seteguk air dan sesuap nasi
-          bait kedua :
1.      pengemis minta belas kasihan
2.      tidak punya kerabat, hidup seorang diri
3.      cuma mempunyai satu pakaian saja yaitu yang dia pakai
4.      hidupnya di jalan untuk meminta – minta
-          bait ketiga :
1.      pengemis minta belas kasihan
2.      tidak mempunyai tempat tinggal
3.      tidak mempunyai tempat berteduh
4.      jalan tak tentu
-          bait keempat :
1.      tak ada yang perlu disalahkan
2.      memang sudah suratan takdir yang malang
3.      menerima apa adanya
4.      hidup selalu sengsara
-          bait kelima :
1.      pengemis berharap agar tidak dikucilkan
2.      meskipun tidak diberi sedekah
3.      sudah cukup sengsara
4.      jangan ditambah dengan luka hati

3.3 Lapis Objek
Hamba, Tuan, sedekah, nasib, pakaian, jalan, pondok, huma, hujan, panas, bunda, malang, badan, hati.

3.4 Lapis Sudut Pandang
Pengemis merupakan simbol ketidakberdayaan seseorang yang memiliki nasib tidak beruntung dan sering disia-siakan.

3.5 Lapis Metafisik
Nasib seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri dan manusia hanya bisa memasrahkan segalanya pada Tuhan

4. Kesimpulan
Puisi ini termasuk puisi yang bagus karena dibangun oleh bunyi-bunyi yang menimbulkan rasa estetik, juga pilihan katanya yang merujuk pada kerendahan seseorang. Dibangun dengan citra visual yang menggambarkan belas kasihan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Temanya apa ya

Posting Komentar

Copyright: Blog Trik dan Tips - http://blogtrikdantips.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-burung-terbang-twitter.html#ixzz1wvdLqFy3 Tolong sertakan link ini jika mengkopi artikel diatas. Terima kasih