Twitter Facebook MySpace YouTube RSS Feed

Analisis Struktural pada Puisi Tuan Karya Sapardi Djoko Damono


Oleh: Ramadhan
 
1.      Pengantar
Sebagai pengantar saya akan mencantumkan biografi pengarang puisi “Tuan”. Pengarangnya adalah Sapardi Joko Damono, Pria kelahiran Solo Jawa Tengah 20 Maret 1940, mengaku tak pernah berencana menjadi penyair, karena ia berkenalan dengan puisi secara tidak langsung. Sejak masih belia ia sering membenamkan dirinya dalam tulisan-tulisan, bahkan ia pernah menulis delapan belas sajak dalam satu malam. Kegemarannya terhadap sastra sudah muali tampak sewaktu dia masih duduk di bangku SMP, kemudian di SMA ia mengambil jurusan Sastra dan melanjutkan studi sastranya di UGM pada Fakultas Sastra.
Kepenyairan Sapardi mungkin diwarisi dari kesenimanan kakek (jalur ayah) dan neneknya (jalur ibu). Kakeknya seorang pewayang dan neneknya penmbang lagu jawa. Sebagi seorang penyair masih belum cukup rasanya bagi dia, sehingga dia menempuh cita-cita lamanya yaitu menjadi dosen di beberapa kampus diantaranya IKIP Malang cabang Madiun, Universitas Diponerogo Semarang dan sejak tahun 1974 dia mengajar di Universitas Indonesia.
Sapardi menulis puisi sejak di kelas XI SMA, karyanya pertama lagi dimuat oleh surat kabar Semarang. Kemudian karyanya berupa puisi banyak diterbitkan di majalah sastar, budaya dan dalam buku-buku sastra. Beberapa karyanya yang sudah disantap oleh masyarakat diantaranya  Duka Mu Abadi (1969), Mata Pisau dan Aquarium (1974).  Sebuah karya besar yang perbah ia buat adalah kumpulan sajak yang berjudu Perahu Kertas, karyanya ini memperoleh pemnghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta dan kumnpulan sajak Sihir Hujan – yang ditulis waktu dia sakit – memperoleh Puisi Poetra Malaysia. Selain itu, ia juga pernah memperoleh memperoleh SEA Write pada tahu 1986 di Bangkok, Thailand. Demikianlah sekilas tentang pengarang yang menjadi pengawal analisis puisinya yang berjudul “Tuan”.  


2.      Paraprase Puisi
            Si saya seperti sedang bertemu dengan seorang Tuan, Tuan itu ternyata Tuhan. Untuk megaskan bahwa Tuan itu adalah Tuhan maka si saya mengeluarkan sebuah pertanyaan retoris, “Tuan Tuhan, bukan?” Setelah itu Si Saya meyakini bahwa Tuan itu benar Tuhan. Kemudian dia melanjutkan perkataannya dengan permintaan “tunggu sebentar saya sedang keluar”.  

3.      Analisis Struktural
         Puisi “Tuan” Karya Sapardi Djoko Damono itu, dimulai dengan kalimat tanya. Kalimat tanya adalah kalimat yang dipakai untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dan memerlukan jawaban, namun pada puisi “Tuan” itu, kalimat tanya yang ada, bukan berarti mencari informasi dan perlu dijawab, si saya  bukan berarti mencari  informasi, atau menanyakan suatu yang harus dijawab. Namun pertanyaan yang dipakai oleh si saya adalah pertanyaan retoris yang tidak memerlukan jawaban, pertanyaan ini bisa digunakan untuk mempertegas, menyuruh, memeritah, menolak, dan bahkan untuk menjawab pertanyaan. Pada konteks ini, pertanyaan itu adalah pertanyaan untuk memepertegas.
         Maksud puisi itu menggunakan kalimat tanya adalah untuk menyimbolkan keadaan si saya yang kadang seperti orang yang tidak mengenal Tuhan, ragu-ragu, dan lupa kepada Tuhan. Orang yang tidak mengenal sesuatu, ragu, dan lupa akan sesutu itu perlu bertanya untuk meyakinkan, mengingatkan dan sebagainya. Maka dalam puisi itu menggunakan kalimat tanya untuk meyakinkan, menegaskan bahwa si saya adalah orang yang bertuhan.
         Setelah si saya yakin kepada Tuhan, dia mengatakan “tunggu sebentar, saya sedang keluar”. Arti ungkapan ini adalah si saya (adalah makhluk yang bertuhan) sedang keluar dari tempatnya. Tentu yang dimaksud adalah tempat yang sebenarnya, tempat yang hakiki, tempat yang abadi. Maka jelas tempat yang sebenarnya bagi si saya itu bukan tempat yang sekarang dia berada diatasnya, tempat yang sekarang adalah tempatnya menanti jemputan untuk pergi ketempat tempat yang sebenarnya, dan ditempat itu si saya hanya sebentar. Ungkapan “tunggu” pada “ tunggu sebentar” artinya si saya akan menemui sesuatu atau sebaliknya sesuatu itu yang akan menemui dia. Ini menyiratkan bahwa si saya pasti akan bertemu dengan sesuatu itu. Apakah sesuatu itu? Sesuatu dalam konteks ini adalah yang di sapa Tuan oleh si Saya (Tuan tadi adalah Tuhan) namun, apakan Tuan itu yang akan langsung bertemu dengan si saya? Pasti tidak, sebab si Tuan punya pesuruh-pesuruh, dan pesuruh itulah yang akan ditemui atau menemui si saya. Ungkapan tunggu sebentar dilanjutkan dengan ungkapan “saya sedang keluar”. Si saya sedang keluar, keluarnya tidak lama, hanya sebentar. Berarti setelah keluarnya yang sebentar itu si saya mesti masuk ketempat aslinya. Manakah tempat asli bagi si saya? Jelas tempat yang aslinya yaitu tempat yang akan dimasuki oleh si saya setelah dia keluar tadi, yaitu akhirat dan tempat dia kelaur itu adalah dunia.  
         Ungkapan “saya sedang keluar”, menggunakan kata ganti “saya”, mengapa bukan “aku”, padahal dalam puisi ungkapan “aku” adalah lirik yang menyatakan individualis dari pengarang. Ini jelas merupakan kesengajaan dari pengarang. Kata ganti saya dalam komunikasi sehari-hari salah satunya dipakai jika sesorang berinteraksi dengan orang lain yang hubungannya tidak akrab. Terkait dengan puisi itu, pada baris pertama si saya adalah orang yang ragu-ragu akan Tuhan itu, keraguan atas Tuhan membuat hubungan dengan Tuhan semakin jauh, berinterkasi dengan orang yang jauh (tidak akrab) akan menggunakan kata ganti “saya”. Itulah sebabnya puisi itu menggunaklan kata ganti “saya” buka “aku”.
         Melihat paparan diatas, bisa disimpulkan bahwa isi puisi itu adalah si saya – siapa pun yang bisa menyatakan dirinya saya – adalah makhluk yang bertuhan yang sedang berada diluar tempatnya yang sebanarnya, dan tempat yang sekarang dia berada di atasnya adalah tempat yang hanya sebentar. Tempat yang sebenarnya bagi si saya adalah akhirat dan tempatnya yang sekarang adalah dunia.

4.      Kesimpulan
Puisi “Tuan” yang di tulis oleh Sapardi itu termasuk kedalam puisi yang bagus, menurut saya puisi yang kreatif, mengapa tidak? Coba kita lihat bentuknya, hanya dua baris, namun isinya tidaklah sekecil bentuknya. Bentuknya sedikit namun dapat, dapat dalam mempermainkan bunyi-bunyi yang khas, liat saja Tuan Tuhan, bukan? Ada kombinasi /an/, tunggu sebantar, saya sedang keluar, sebentar-keluar ada rima yang menrik keelokan puisinya.

TUAN
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Tuan Tuhan, bukan?  Tunggu sebentar,
saya sedang ke luar.
  
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright: Blog Trik dan Tips - http://blogtrikdantips.blogspot.com/2012/04/cara-membuat-burung-terbang-twitter.html#ixzz1wvdLqFy3 Tolong sertakan link ini jika mengkopi artikel diatas. Terima kasih